CACINGAN

♪♫ cacing-cacing diperut curi semua nutrisi
♪♫ tapi tak perlu takut ada ********

Lagu tersebut sudah sering kita dengar di iklan-iklan yang sering muncul di televisi
1.       Definisi
Kecacingan, atau cacingan dalam istilah sehari-hari, adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh. Cacingan sendiri merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak di konsumsi oleh anak anak. Faktor lingkungan dan juga makanan yang di konsumsi dapat menjadi pemicu perkembang biakan perumbuhan cacing di dalam tubuh.

2.       Tanda dan Gejala
Semua jenis penyakit cacingan begitu berbahaya karena dapat menimbulkan keluhan penyakit lain seperti anemia, batuk batuk, badan kurus dan lainnya. Penyebab kecacingan yang populer adalah cacing pita, cacing kremi, dan cacing tambang. Biasanya cacing bisa dengan mudah menular.
Berikut ini ciri-ciri dari penderita penyakit cacingan diantaranya:
a.       Lesu/ lemas/ loyo/ cepat lelah akibat kurang darah (anemia)
b.       Kurus/ berat badan rendah karena kekurangan gizi
c.       Batuk tak sembuh-sembuh
d.       Nyeri di perut
e.       Diare
f.        Perut buncit
g.       Rambut seperti rambut jagung
h.       Wajah pucat dan mata belekan
i.         Pertumbuhan terganggu
j.         Biasanya anak lebih pendek
k.       Sering sakit karena daya tahan tubuh rendah
i.         Prestasi disekolah menurun



Penyebab & Akibat
Kasus
·         Keluhan utama                                          : keluhan keluar cacing saat BAB bercampur darah dan lendir sejak seminggu lalu.
·         Riwayat penyakti sekarang                  :
Pasien dating ke UGD Puskesmas Gunung Sari pada 12/04/2014 dengan keluhan BAB bercampur darah dan lendir sejak seminggu lalu. BAB dalam sehari mencapai 4-5 kali/hari. Konsistensi lembek, terdapat ampas disertai lendir dan darah serta nyeri sewaktu BAB. Ayah pasien juga menyatakan sudah beberapa kali keluar cacing dari anusnya, terakhir dua hari sebelum berobat ke puskesmas (10/04/2014). Keluar cacing putih panjang berukuran >15cm sebanyak 3 ekor terjadi saat pasien  BAB di pagi hari. Menurut keluarga pasien, pasien tidak pernah merasakan anusnya gatal. Pasien juga sering mual dan muntah terutama setelah makan. Perut pasien juga kadang tampak kembung.
Pasien juga dikeluhkan demam, hilang timbul dirasakan terutama pada malam hari. Demam dirasakan sejak 3 hari terakhir namun tidak terlalu tinggi. Demam disertai dengan  batuk-pilek
·         Riwayat penyakit dahulu       :
Psien sering mengalami keluhan BAB darah disertai lendir dan keluar cacing sejak usia 2 tahun. Pasien pun sempat di rawat inap beberapa kali di puskesmas gunung sari dan RSUP NTB karena keluhan serupa dan sempat dinyatakan mengalami gizi buruk sewaktu usia 3 tahun. Sudah sering diberikan makanan penambah gizi tetapi anaknya tetap saja kurus.
·         Riwayat penyakit keluarga   :
Adik pasien mengalami keluhan serupa yaitu keluar cacing saat BAB beberapa bulan yang lalu. Namun menurut ayahnya sudah meminum obat dari puskesmas.
·         Riwayat pengobatan              :
Pasien sudah pernah mendapatkan pengobatan untuk keluhannya saat ini. Pasien berulang kali pernah di opname di rumah sakit atau puskesmas sebelumnya.
·         Riwayat alergi                            :
Menurut ibu pasien, ia tidak memiliki alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan
·         Riwayat pribadi dan social    :
Riwayat nutrisi
Saat ini pasien sudah berusia 5 tahun dan telah diberikan makanan seperti nasi, sayur, dan lauk yang sama dengan orang tuanya. Menurut ibu, pasien jarang makan di rumah dan lebih sering membeli makanan yang dijual di warung. Nafsu makan pasien beberapa bulan terakhir menurun.
Perkembangan dan kepandaian
Pasien anak 7 dari delapan bersaudara. Menurut pengakuan ibu, ada gangguan perkembangan dan kepandaian pada anaknya. Anaknya lebih kecil dan kurus disbanding anak lain yang umurnya sama. Anak juga lebih terlihat lemas, jarang suka bermain atau belari-lari seperti anak lainnya. Pasien belum bersekolah. Sehari-hari hanya berdiam diri di rumah.
Vaksinasi
o   Menurut pengakuan ibunya, pasien imunisasi pasien sudah lengkap.
o   Ikhtisar keluarga:
Keterangan :
Ibu pasien H : adik pasien
Ayah pasien A-F: kakak kandung pasien
G: pasien
Riwayat Lingkungan, social dan ekonomi
Pasien tinggal dalam satu rumah bersama ibu dan adik pasien. Ibu pekerja sebagai pembantu dengan penghasilan sekitar 500.000/bulan, terkadang ibu pasien juga berjualan seadanya. Ibu pasien mengaku dengan penghasilan tersebut ia mampu mencukupi kebutuhan makan sehari-hari keluarganya.
Tempat tinggal pasien adalah rumah beratap genteng, tidak memiliki plavon, dengan lantai semen dan keramik, yang terdiri dari 3 kamar tidur, satu ruang tamu, dan satu ruang gudang, dapur dan kamar mandi. Pasien biasanya tidur bersama ibu dan kakaknya dalam satu kamar berukuran 3 meter  x 2 meter, dengan sebuah kasur berbahan kapuk. Kamar tidur memiliki sebuah jendela berukuran 50 cm x 25 cm, sedangkan ruang keluarga memiliki dua buah jendela berukuran 50 cm x 25 cm.
Jendela tersebut jarang dibuka. Ibu pasien memasak menggunakan gas. Sumur sebagai sumber air terdapat di luar rumah. Air sumur yang diminum terkadang tidakdigunakan untuk minum, memasak, mencuci dan keperluan mandi. Air sumur yang diminum terkadang tidak dimasak terlebih dahulu. Sumur tersebut tidak terlalu dalam dan airnya agak keruh terutama pada musim hujan. Tanah disekitar rumah agak lembab dan di beberapa lokasi becek dan terdapat tumpukan sampah. Anak juga tidak pernah menggunakan alas kaki saat di rumah dan jarang memotong kuku jari dan kaki.
Warga disekitar rumah pasien masing sering melakukan aktivitas mandi, cucu kakus di sungai dekat rumah. Pasien pun lebih sering BAB disungai dan mandi di sungai.




·         PEMERIKSAAN FISIK
Status present (16/4/2014)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : somnolen
GCS : E                  4V5M5
Nadi : 96x/menit, kuat angkat, irama teratur
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 37,3C
BB : 19 kg
TB : 102 cm
Lingkar kepala : 50 cm
Status gizi : buruk
Status general
Kepala :
Ekspresi wajah: seperti orang tua. Bentuk dan ukuran : bulat dan sedang, edema (-), malar rash (-), nyeri tekan kepala (-), rambut : berwarna kecoklatan
Mata :
Bentuk: mata cowong, alis : normal, bola mata : exopthalmus (-/-), nystagmus (-/-), strabismus (-/-), palpebral : edema (-/-), ptosis (-/-), pupil : bulat, isokor, reflex cahaya (+/+), lensa : tampak jernih.
Telinga :
Bentuk : normal, lubang telinga : normal, secret (-/-), nyeri tekan (-/-), bentuk : simetris, bibir : sianosis (-), kering (+), edema (-), stomatitis (+), gigi : lengkap, gusi : hyperemia (-), edema (-), perdarahan (-), mukosa : normal, lidah : glostitis (-), atropi papil lidah (-), faring : hyperemia (+)
Kaku kuduk (-), Scrofuloderma (-), pembesaran KGB (-), trakea : ditengah, JVP : tidak meningkat, pembesaran otot sternocleidomastoideus (-), otot bantu nafas SCM tidak aktif, pembesaran tiroid (-).
Thorax:
Cor:
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris, iga dan sela iga : retraksi (-), penggunaan otot bantu intercostal (-), pelebaran sela iga (+-), pernafasan : frekuensi 24x/menit, teratur
Palpasi : pergerakan simetris, fremitus raba dan vocal simetris, provokasi nyeri (-+)
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru, nyeri ketok (-+)
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), suara tambahan rhonki (-/-), suhu tambahan wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : bentuk : distensi (+), umbilicus : masuk merata, permukaan kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-).
Auskultasi : bising usus (+) meningkat , metallic sound (-), bising aorta (-)
Palpasi : turgor dan tonus : normal , nyeri tekan epigastrium: (-) , hepar/lien/ren : ttb
Perkusi : timpani (+), redup beralih (-), nyeri ketok CVA : (-/-)
Inguinal-genitalia-anus:
Inspeksi tidak ditemuka kelainan
Ekstremitas atas : akral hangat  (+/+), kulit normal, deformitas (-), sendi : dbn, edema (-/-), sianosis (-), kekuatan tenaga normal, kuku panjang berwarna hitam
Ekstremitas bawah : akral hangat : (+/+), kulit normal, deformitas (-), sendi : dbn
Pemeriksaan penunjang
Cek DL, UL, Feses lengkap
Diangnosis kerja
Diare akut et causa suspek ascariasis dengan gizi buruk
Terapi
Pirantel pamoat tab 2x 125 mg (dosis tunggal)
CTM Tab 3x 4mg
Cotrimokzazol 2x ½ tablet per hari
Prognosis
Dubia ad bonam
KIE
Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan dengan sabun menjelang makan atau sesudah BAB.
Tidak boleh BAK/BAB di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk : tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
Tidak makan makanan mentah (sayuran, daging babi, daging sapi, dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman
Bila muncul serupa gejala infeksi parasite usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
Meski kebanyakan penderita parasite usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadic keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaikanya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.


Diagnosa dan Intervensi
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder terhadap diare. (Carpenito, 2000: 104).
Tujuan  :  Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan kriteria tidak ditemukannya tanda-tanda dehidrasi dan klien mampu memperlihatkan tanda-tanda rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi yang adekuat.
a. Monitor intake dan out put cairan.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi (hipertermi, turgor kulit turun, membran mukosa kering).
c. Berikan oral rehidrasi solution sedikit demi sedikit membantu hidrasi yang adekuat.
d. Observsasi tanda-tanda dehidrasi.
e. Observasi pemberian cairan intra vena.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot polos sekunder akibat migrasi parasit di lambung.
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan hilang atau berkurang dengan kriteria klien tidak menunjukkan kesakitan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan karakteristik nyeri.
b. Beri kompres hangat di perut.
c. Ajarkan metoda distraksi selama nyeri akut.
d. Atur posisi yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri.
e. Kolaburasi untuk pemberian analgesik.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan muntah (Carpenito, 2000: 260).
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria klien menunjukkan nafsu makan meningkat, berat badan sesuai usia.


Intervensi:
a. Beri diit makanan yang adekuat, nutrisi yang bergizi.
b. Timbang BB setiap hari.
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
d. Pertahankan kebersihan mulut yang baik.

4. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi (Carpenito, 2000 ; 21)
Tujuan : Mempertahankan normotermi yang ditunjukkan dengan tidak terdapatnya tanda-tanda dan gejala hipertermia, seperti tachicardia, kulit kemerahan, suhu dan tekanan darah normal.
Intervensi :
a. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya masukan adekuat.
b. Monitor intake dan output cairan
c. Monitor suhu dan tanda vital
d. Lakukan kompres.

5. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal – epidermal sekunder akibat cacing gelang (Carpenito, 2000 ; 300)
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan integritas kulit teratasi dengan kriteria tidak terjadi lecet dan kemerahan.


Intervensi :
a. Beri bedak antiseptik.
b. Anjurkan untuk menjaga kebersihan diri / personal hygiene.
c. Anjurkan untuk tidak menggaruk .
d. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang meresap keringat.




Comments

  1. Apakah tidak menggunakan obat cacing secara rutin 1 tahun 2 kali memperbesar kemungkinan terkena penyakit cacingan?

    ReplyDelete
  2. Apakah ada alternatif lain bagi orang yang sukaa makan sayur mentah (lalapan)?

    ReplyDelete
  3. apa cacingan bisa terjadi pada lansia ?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SINDROM KOMPARTEMEN

MAKALAH DISLOKASI

MAKALAH FRAKTUR (PATAH TULANG)