MAKALAH FRAKTUR (PATAH TULANG)

 MAKALAH

FRAKTUR (PATAH TULANG)

Mata Kuliah Sistem Informasi Keperawatan

 




 

 

Di susun Oleh :

1. Noor Afifatul Khiyaroh (I1B019017)

2. Silvia Tri Wahyu C. (I1B019027)

3. Risa Putri Fitria (I1B019031)

4. Putri Juniar Pangesti (I1B019033)

5. Inas Nur Insani (I1B019047)

6. Mahda Mar’atus Sholihah (I1B019057)

7. Rizky Nurhidayah (I1B019059)

8. Yuni Sukma Panca I. (I1B019061)

Kelompok 1/Keperawatan Reguler A-2019

 

 

 

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2020



DAFTAR ISI

 

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Pendahuluan .......................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

C. Manfaat .................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

A. Pengertian Fraktur ................................................................................................................. 3

B. Etiologi Fraktur ....................................................................................................................... 3

C. Penyebab Fraktur ................................................................................................................... 3

D. Jenis-Jenis Fraktur ................................................................................................................. 4

E. Penatalaksanaan Fraktur ....................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 12


BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Pendahuluan

Sistem muskuloskeletal merupakan salah satu sistem tubuh yang sangat berperan terhadap fungsi mobilitas dan pergerakan seseorang. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun ± 25% BB dan otot menyusun ± 50%. Sistem ini terdiri dari otot rangka, tulang, tendon, sendi, ligament, dan struktur-struktur tersebut yang dihubungkan oleh jaringan-jaringan khusus. Gangguan atau masalah yang sering terjadi pada muskuloskeletal adalah fraktur atau patah tulang. Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan oleh trauma atau keadaan patologis (Sagaran, V.C., 2017).

Trauma merupakan penyebab Fraktur tulang yang paling sering (Corwin,E.J., 2009). Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total atau sebagian (Novita, 2012 dalam Fadli,2017). Kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia sekaligus penyebab terbanyak terjadinya fraktur. Terdapat tiga penyebab fraktur yaitu fraktur traumatic, fraktur psikologis, dan fraktur stress (Corwin,E.J., 2009)). Penyebab umum fraktur traumatic adalah cedera olahraga dan Jatuh sedangkan fraktur psikologis dapat terjadi setelah tekanan ringan apabila tulang lemah. Fraktur stress terjadi akibat stress dengan tingkat rendah yang berulang atau berkepanjangan pada tulang normal. Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur bisa terjadi disebabkan adanya tekanan yang berlebih daripada kemampuan tulang dalam menahan tekanan yang dapat berupa tekanan membengkok (fraktur transversal), tekanan berputar (fraktur bersifat spiral atau oblik), dislokasi (fraktur dislokasi), tekanan sepanjang aksis aksis tulang (fraktur impaksi) (Helmi,2012 dalam Fadli,2017). Selain itu, ada juga jenis lain yaitu fraktur Kominutif, Greenstick, Kompresi, Segmental, Hairline, Avulsi, dan Komplikasi.  

Dampak dari faktur adalah mengalami perubahan pada bagian tubuh yang terkena cidera. Seseorang akan merasa cemas akibat rasa sakit dan nyeri yang dirasakan dan resiko terjadinya infeksi tinggi. Bahkan fraktur dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, penatalaksanaan fraktur harus segera dilakukan untuk menyelamatkan klien dari kecacatan fisik. Prinsip penanggulangan fraktur yaitu mengenali, mengembalikan, mempertahankan dan rehabilitasi. Dengan kembali ke bentuk semula diharapkan bagian yang sakit dapat berfungsi kembali secara maksimal ( Mahartha, dkk dalam Asrizal, 2014). Perlu dilakukan pengkajian terhadap kerusakan jaringan yang terjadi, penyebab fraktur dan mekanisme trauma agar penanganan fraktur tepat.

 

B. Rumusan Masalah

1. Apa  pengertian Fraktur?

2. Apa saja etiologi fraktur?

3. Apa penyebab terjadinya fraktur?

4. Apa saja jenis-jenis Fraktur?

5. Bagaimana penatalaksanaan apa yang harus dilakukan ketika terjadi fraktur?

 

C. Manfaat

1. Untuk mengetahui pengertian Fraktur

2. Untuk mengetahui etiologi fraktur

3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya fraktur

4. Untuk mengetahui jenis-jenis Fraktur

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang harus dilakukan pada kondisi fraktur



BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis.

 

B. Etiologi Fraktur

Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).

 

C. Penyebab Fraktur

Menurut (Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, 2010) penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan.

a) Trauma langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

b) Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi.

c) Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis

 

D. Jenis-Jenis Fraktur

1. Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi (Asrizal, 2014).

 


2. Fraktur Tertutup

Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melalui kulit (Asrizal, 2014).

 


3. Fraktur Kominutif

Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari dua fragmen tulang (Andani, 2018).

 


4. Fraktur Greenstick

Fraktur greenstick merupakan fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya Sebagian masih utuh, demikian juga periosteumnya.

 


5. Fraktur Oblik

Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut terhadap tulang (Wiarto 2017).

 


6. Fraktur Transversal

Fraktur transversal adalah frktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direkduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen ini akan stabil dan biasanya dikontrol dengan bidai gips (Wiarto 2017).

 


7. Fraktur Kompresi

Kompresi fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain (Wiarto 2017).

 


8. Fraktur Spiral

Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstermitas. Fraktur inimenimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi (Wiarto 2017).

 


9. Fraktur Segmental

Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur jenis ini biasanya sulit ditangani.

 


10. Hair line Fracture (patah retak rambut)

Hal ini disebabkan oleh stress yang tidak biasa atau berulang-ulang dan juga karena berat badan terus menerus pada pergelangan kaki termasuk ke dalam fraktur in komplit

 


11. Fraktur Avulsi

Fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang, memisahkan fragmen tulang pada insersi tendon ataupun ligamen

 


 

E. Penatalaksanaan Fraktur

Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi semula dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (Sjamsuhidayat dkk, 2010).

1. Proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, misalnya menggunakan mitela. Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur klavikula pada anak.

2. Imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya dilakukan pada patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi.

3. Reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi, biasanya dilakukan pada patah tulang radius distal.

4. Reposisi dengan traksi secara terus-menerus selama masa tertentu. Hal ini dilakukan pada patah tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi di dalam gips.

5. Reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar.

6. Reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif.

7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna yang biasa disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation).

8. Eksisi fragmen patahan tulang dengan prostesis

Selain itu, menurut Istianah (2017) penatalaksanaan medis pada fraktur dapat dilakukan dengan cara:

1. Diagnosis dan penilaian fraktur Anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan dilakukan untuk mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.

2. Reduksi Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka. Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk menarik fraktur kemudian, kemudian memanipulasi untuk mengembalikan kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan, maka bisa dilakukan reduksi terbuka. Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal untuk mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid. Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan mengimobilisasi fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat tersambung kembali.

3. Retensi Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat atau traksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur.

4. Rehabilitasi Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Setelah pembedahan, pasien memerlukan bantuan untuk melakukan latihan. Menurut Kneale dan Davis (2011) latihan rehabilitasi dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

a) Gerakan pasif bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan rentang gerak sendi dan mencegah timbulnya pelekatan atau kontraktur jaringan lunak serta mencegah strain berlebihan pada otot yang diperbaiki post bedah.

b) Gerakan aktif terbantu dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan pergerakan, sering kali dibantu dengan tangan yang sehat, katrol atau tongkat

c) Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot. Latihan biasanya dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6 minggu setelah pembedahan atau dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan ekstremitas atas.

 

Selain penatalaksanaan diatas, terdapat pula penatalaksanaan khusus pada fraktur terbuka dan tertutup. Berikut adalah penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan fraktur terbuka dan tertutup :

1. Fraktur tertutup

Pada fraktur tertutup prinsip tatalaksana yang harus dilakukan adalah reduksi, fiksasi, dan  rehabilitasi. Reduksi tidak perlu dilakukan  jika:

a) Fraktur hanya sedikit displacement

b) Pergeseran yang terjadi tidak bermakna

c) Reduksi tidak dapat dilakukan

Reduksi tertutup harus dilakukan dengan anestesi dan relaksasi otot. Reduksi tertutup dilakukan dengan tiga langkah:

a) Menarik bagian distal searah dengan sumbu tulang

b) Reposisi fragmen ke semua tempat dengan gaya berlawanan dari gaya penyebab trauma

c) Menyusun agar fragmen terletak secara tepat di masing-masing bidang.

Reduksi terbuka pada fraktur tertutup diindikasikan pada kondisi-kondisi tersebut:

a) Ketika reduksi tertutup gagal

b) Terdapat fragmen articular yang besar

c) Untuk traksi pada fraktur dengan fragmen yang terpisah

 

2. Fraktur Terbuka 

Tata laksana fraktur terbuka tergantung pada derajat fraktur:

a) Tipe I, luka kecil, pin point, dan kurang dari 1 cm.

b) Tipe II, luka dengan Panjang >1 cm tanpa hilangnya kulit penutup luka.

c) Tipe III, laserasi luas, kerusakan kulit dan jaringan lunak hebat, hingga kerusakan vaskuler.

Fraktur terbuka pada semua derajat harus mendapatkan antibiotic selama 3 jam setelah trauma. Antibiotic yang menjadi pilihan adalah ko-amoksiklav atau sefuroksim. Apabila pasien mengalami alergi penisilin, dapat diberikan klindamisin.



BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang yang terjadi akibat trauma ringan, trauma langsung maupun tidak langsung, dan juga dapat terjadi akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur patologis. Fraktur memiliki beberapa jenis meliputi fraktur terbuka, tertutup, kominutif, greenstick, fraktur segmental, fraktur avulsi, hair line fracture, fraktur oblik, fraktur transversal, fraktur kompresi, dan fraktur spiral.

Adanya fraktur mengakibatkan dampak seperti perubahan pada bagian tubuh yang terkena cidera, perasaan cemas akibat rasa sakit dan nyeri yang dirasakan, serta menimbulkan risiko terjadinya infeksi tinggi. Dalam penatalaksanaannya, terdapat prinsip dalam menangani fraktur yaitu mengembalikan posisi patahan ke posisi semula serta mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan. Dan untuk penatalaksanaan fraktur yaitu dimulai dari diagnosis dan anamnesis pemeriksaan klinis, kemudian dilakukan reduksi yaitu mengembalikan kesejajaran garis tulang, selanjutnya dilakukan retensi yaitu mencegah pergeseran fragmen dan pergerakan yang dapat mengancam penyatuan, dan rehabilitasi yaitu mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin.



DAFTAR PUSTAKA

 

Asrizal, Rinaldi Aditya. 2014. “Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra”, Jurnal Kedokteran Unila. 2(3), pp. 94-100.

Andani, W. (2018). Penerapan mobilisasi dini pada asuhan keperawatan pasien.

Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC.

Fadli. 2017. “Pengaruh Distraksi Pendengaran Terhadap Intensitas Nyeri pada Klien Fraktur di Rumah Sakit Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang”, .Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.11(2), pp. 135-138.

Hidayat, A. I. 2020. Fraktur. Bahan Ajar Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman.

Istianah, Umi. 2017. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Kneale Julia D dan Peter S Davis. 2011. Perawatan Orthopedi dan Trauma. Jakarta: EKG

Rinaldi, A. A. 2014. “Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra”, Jurnal Medula, 2(3), pp. 94-100 https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/335/ diakses pada 17 Oktober 2020

Sagaran, V.C., Manjas, M. dan Rayid, R. 2017. “Distribusi Fraktur Femur yang Dirawat di Rumah Sakit Dr.M.Djamil, Padang (2010-2012)”, Jurnal Kesehatan Andalas. 6(3), pp. 586-589.

Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC.

Tinjauan Pustaka Poltekkes Chapter 4 Poltekkes Jogja http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1360 /4/4%20CHAPTER%202.pdf diakes pada 17 Oktober 2020

Wiarto, G. (2017. Nyeri Tulang dan Sendi. Gosyen Publisihing



QUIZ

Hallo teman-teman semua, silahkan mencoba kuis di bawah ini untuk mengukur seberapa jauh Anda memahami materi yang telah dibaca sebelumnya. Selamat Mencoba...

Klik di sini untuk mencoba kuis

Terima kasih😊


 

Comments

  1. Luar biasa, bermanfaat sekali materinya, sangat membantu

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SINDROM KOMPARTEMEN

MAKALAH DISLOKASI